Selasa, 15 Maret 2016

Cobtoh laporan Penggolongan Darah Pada Manusia



BIOLOGI

Penggolongan Darah Pada Manusia



Nama Kelompok:
1. Ahmad Rasiyidin
2. Akram Rinaldi Pratama
3. Gulielmus Baga Liwu
4. Indah Cahyani
5. Nisa Febiana
6. Nurul Aeni

XI MIA 5



SMA NEGERI 1 TARAKAN
Tahun Pembelajaran 2015/2016
I.            Judul :
Penggolongan darah pada manusia

II.            Tujuan :
Untuk mengetahui proses penggolongan darah dan menentukan golongan darah pada siswa.

III.            Dasar teori :

A. DARAH

1) Pengertian Darah
Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma didalam cairan yang disebut plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Secara fungsionalpun darah merupakan jaringan pengikat dalam arti menghubungkan seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan integritas. Apabila darah dikeluarkan dari tubuh maka segera terjadi bekuan yang terdiri atas unsur berbentuk dan cairan kuning jernih yang disebut serum. Serum sebenarnya merupakan plasma tanpa fibrinogen (protein). (Subowo. 1992). Adapun fungsi darah :
·         Mangangkut sari makanan dan oksigen ke seluruh tubuh dan mengangkut oksidasi ke alat pengeluaran.
·         Menghidari keseimbangan basa
·         Menahan tubuh dari serangan kuman dan virus
·         Menjaga PH tubuh
·         Mengedarkan hormon ketempat tujuan

       Asal usulnya darah yaitu dapat ditemukan melalui 2 teori yang  diakui oleh para ilmuan dengan jelas maksud dan tujuannya. Adapun teorinya adalah :
a.       Teori monofilotik
Dikatakan bahwa sel darah berasal dari sel induk hemositoblast, dikemukakan oleh Bloom, Jordan, Maximow
b. Teori polifiletik
          Dikatakan bahwa sel-sel darah mempunyai induk sendiri-sendiri
     Contoh :
·         Granulosit berasal dari mieloblast
·         Eritrosit berasal dari eritroblast

2.     Volume darah
       Volume darah dalam sel tubuh sekitar 1/13 berat badan (sekitar 4-5 liter, orang dewasa). Perubahan volume darahini diatur oleh kelenjar keringat, ginjal dan alat vital lainnya. Setiap tubuh sudah diatur kapasitas darah yang harus tercukupi dalam proses kerja tubuh, seorang yang sudah mati maka volume darah nya hanya sedikit dan ada yang tidak ada karena ala-alat dalam tubuh berhenti dan darahpun tidak bisa berjalan menyampaikan apa yang seharusnya di bawa.

3.     Struktur Darah
       Darah terdiri atas sel-sel darah (sel darah putih dan sel darah merah), trombosit (keping darah), dan plasma darah. Lebih kurang 55% dari seluruh volume darah terdiri atas plasma darah. Sisanya, yaitu 45% terdiri atas sel-sel dan keeping darah.
                 a.      Plasma Darah
       Plasma darah adalah cairan darah yang berwarna kekuningan. Lebih kurang 92% dari plasma darah adalah air, sedangkan sisanya berupa garam dan molekul organik. Didalam plasma darah terdapat :
·         Fibrinogen, protein darah yang berperan dalam dalam proses pembekuan darah. Jenisnya adalah albumin, globulin, dan protrombin.
·         Zat-zat makanan berupa protein, lemak, karbohidrat, dan garam mineral (NaCl, NaHCO3, KCL dan fosfat)
·         Gas-gas, seperti O2 dan CO2
·         Hormon dan enzim
·         Urea, amonia, dan asam urat nitrogen
·         Glukosa, lemak, asam amino, dan vitamin.


              b.      Sel Darah Putih (leukosit)
             
          Perbandingan jumlah sel darah putih dengan sel darah merah didalam tubuh manusia adalah 1-700. Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat 5-11 ribu sel darah putih. Fungsi umum sel darah putih adalah memkan kuman penyakit atau benda asing lain yang masuk kedalam tubu, dan pengangkut zat lemak. Ciri-ciri sel darah putih antara lain :
·         Bentuk tidak tetap, berinti, bergerak secara amoeboid
·         Mampu menembus dinding kapiler (diapedesis)
·         Jumlah sel 6-9 ribu/mm3, berukuran 4-13 mikron
·         Dibuat disumsum merah dan lamfa
·         Macam-macamnya sel darah putih :
·         Agranulosit (leukosit tidak bergranula)
Contohnya :
·         Monosit
Monosit bersifat fagosit, nukleusnya berbentuk seperti kacang, dan dapat bergerak cepat. Monosit yang didalah jaringan dapat berdiferensiasi menjadi makrofag yang besar.
·         Memfagosit patogen, sel usang, dan puing-puing seluler
·         Meransang sel darah putih lain untuk melindungi tubuh
·         Limfosit B
Limfosit B melindungi kita dengan memproduksi anti bodi yang akan menghancurkan patogen.
·         Limfosit T
Sangat berguna untuk menghancurkan sel-sel yang mengandung antigen.
Granulosit (leukosit bergranula)
·         Contohnya :
·         Neutrofil
Plasmanya bersifat netral, jumlahnya dari 65-75 % dari jumlah leukosit, bersifat fagosit.
·         Eosinofil
Bersifat asam berwarna merah tua bila ditetesi eosin, berfungsi fagosit parasit besar.


·         Basofil
Bersifat basa berwarna biru apabila ditetesi larutan basa,bersifat fagosit dan mengandungheparin, yaitu zat kimia anti penggumpalan, danhistamin yang penting dalam proses alergi.

              c.      Sel Darah Merah (eritrosit)

Sel darah merah adalah adalah bagian utama darah. Ciri-ciri sel darah merah antara lain:
·         Bentuk melingkar, cakram bikonkaf, tidak berinti, pipih
·         Jumlah sel laki-laki sekitar 5 juta/mm3, wanita 4,5 juta/mm3
·         Pada bayi sekitar 6 juta/mm3, selnya berumur 120 hari.
·         Sel yang telah matang tidak mempunyai mempunyai nukleus; berdiameter kurang dari 0,01 mm; dan elastis
·         Mempunyai hemoglobin
           
Hemoglobin adalah suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin.
           
Paru-paru
Hb + O2                HbO2
jaringan

       Hb disebelah kiri persamaan reaksi disebut deoksihemoglobin yang berwarna merah gelap. HbO2 (oksihemoglobin) berwarna merah cerah.darah yang sudah mati akan dirombak didalam hati dan limfa. Hemoglobin dirombak mejadi zat warna empedu (bilirubin) disekresikan oleh hati ke empedu, sedangkan zat besi(Fe) kembali kesumsum tulah untuk menyentesis darah.





d.      Keping darah (trombosit)
           
       Ciri-ciri trombosit adalah :
·         Bentuknya lebih kecil darinleukosit dan eritrosit, bentuknya tidak teratur, dan tidak berinti
·         Mudah pecah ketika tersentuh benda kasar
·         Bereperan dalam proses pembekuan darah
·         Dalam 1 mm3 darah, terdapat 200.000 - 300.000 butir trombosit
·         Dapat hidup sekitar 8 hari dan dibentuk pada sel mengakariosit sumsum tulang.

Sebelum lahir, molekul protein yang ditentukan secara genetik disebut antigen muncul di permukaan membran sel darah merah. Antigen ini, tipe A dan tipe B bereaksi dengan antibodi pasangannya, yang mulai terlihat sekitar 2 sampai 8 bulan setelah lahir. (Sloane, Ethel. 2003).
Golongan darah manusia dibedakan berdasarkan komposisi aglutinogen dan aglutininnya. (Pratiwi, D.A. 2006)
Aglutinogen merupakan polisakarida dan terdapat tidak saja terbatas di sel darah merah,tatapi juga di kelenjar ludah, pankreas, hati, ginjal, paru-paru, testis, dan semen. Aglutinogen dibedakan menjadi dua , yaitu :
1.         Aglutinogen A yang memiliki enzim glikosil transferase yang mengandung glutiasetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya.
2.         Aglutinogen B yang memiliki enzim galaktosa pada rangka glikoproteinnya. Sedangkan aglutinin adalah substansi yang menyebabkan aglutinasi sel, misalnya antibodi.
(Pratiwi, D.A. 2006)

Golongan darah pada manusia ada 3 macam, yaitu : sistem ABO, sistem MN, dan sistem rhesus (Rh) : (Waluyo, Joko. 2010)

a.       Golongan darah sistem ABO
Kita mengenal ada empat macam golongan darah, yaitu : A, B, AB, dan O. Dalam sistem golongan darah ini terdapat dua macam zat sel darah A dan B. Serta dua macam plasma, yakni : anti  A dan anti B. (Tim Dosen Pembina. 2012)
Golongan darah ABO dengan unsur aglutinogen dan aglutininnya dapat dijelaskan dengan tabel dibawah ini : (Pratiwi, D.A. 2006)

Genotip
Golongan
Aglutinogen
Aglutinin
OO
O
-
anti-A dan anti-B
OA atau AA
A
A
anti-B
OB atau BB
B
B
anti-A
AB
AB
A dan B
-

Penggolongan darah penting dilakukan sebelum tranfusi darah karena pencampuran golongan darah yang tidak cocok menyebabkan aglutinasi dan destruksi sel darah merah. (Sloane, Ethel. 2003).
1.      Jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A. (golongan darah A)
2.      Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe B. (golongan darah B)
3.      Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B. (golongan darah AB)
4.      Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak menyebabkan aglutinasi, individu tersebut tidak memiliki aglutinogen. (golongan darah O)
(Sloane, Ethel. 2003)

b.      Golongan darah sistem MN
Pada tahun 1972, K. Landsteiner dan P. Laviner telah menemukan golongan darah sistem MN, akibat ditemukannya antigen M dan antigen N pada sel darah merah manusia. Sistem ini digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu ;

1.      Golongan M, mengandung antigen M
2.      Golongan N, mengandung antigen N
3.      Golongan MN, mengandung antigen M dan antigen N
(Waluyo, Joko. 2010)

c.       Golongan darah sistem rhesus (Rh)

Pertama kali ditemukan pada jenis kera oleh Landsteiner dan Weiner. Orang yang memiliki antigen rhesus dinamakan rhesus positif (Rh+). Sedang yang tidak dinamakan rhesus negatif (Rh-). Sistem ini dikendalikan oleh gen dengan alel Rh dan rh. Alel Rh bersifat dominan terhadap alel rh. (Waluyo, Joko. 2010)
Sistem ini berbeda dengan sistem golongan ABO. Dimana individu ber-Rh negatif tidak memiliki aglutinin anti-Rh dalam plasmanya. (Sloane, Ethel. 2003)
Sistem rhesus ini dalam tranfusi darah juga harus diperhatikan. Apabila golongan darah Rh+ maka tidak boleh digunakan sebagia donor untuk golongan darah Rh-, karena bisa terjadi aglutinasi (penggumpalan). Pada kasus lain, jika seorang ibu yang memiliki golongan darah Rh- kemudian mengandung bayi dengan golongan darah Rh+, maka sel darah bayi akan rusak dan menyebabkan penyakit bawaan, yaitu penyakit kuning atau eritoblastosis fetalis. (Gonzaga. 2010)

Konsep donor universal dan resipien universal pada sistem ABO
a.       Donor universal
Darah golongan O tidak memiliki aglutinogen untuk diaglutinasi sehingga dapat diberikan pada resipien manapun, asalkan volume tranfusinya sedikit. Golongan darah O disebut donor universal.

b.      Resipien universal
Individu dengan golongan darah AB tidak memiliki aglutinin dalam plasmanya sehingga dapat menerima eritrosit donor apapun. Darah golongan AB disebut resipien universal.
(Sloane, Ethel. 2003)





B.     Transfusi Darah

a)        Definisi
Penggantian darah atau tranfusi darah adalah suatu pemberian darah lengkap atau komponen darah seperti plasma, sel darah merah kemasan atau trombosit melalui IV. Meskipun tranfusi darah penting untuk mengembalikan homeostasis, tranfusi darah dapat membahayakan. Banyak komplikasi dapat ditimbulkan oleh terapi komponen darah, contohnya reaksi hemolitik akut yang kemungkinan mematikan, penularan penyakit infeksi dan reaksi demam. Kebanyakan reaksi tranfusi yang mengancam hidup diakibatkan oleh identifikasi pasien yang tidak benar atau pembuatan label darah atau komponen darah yang tidak akurat, menyebabkan pemberian darah yang inkompatibel. Pemantauan pasien yang menerima darah dan komponen darah dan pemberian produk-produk ini adalah tanggung jawab keperawatan. Perawat bertanggung jawab untuk mengkaji sebelum dan selama tranfusi yang dilakukan. Apabila klien sudah terpasang selang IV, perawat harus mengkaji tempat insersi untuk melihat tanda infeksi atau infilrasi.

b)       Syarat-syarat seseorang yang dapat menjadi pendonor darah,yaitu:
1.      Umur 17 – 60 tahun ( Pada usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat ijin tertulis dari orangtua. Sampai usia tahun donor masih dapat menyumbangkan darahnya dengan jarak penyumbangan 3 bulan atas pertimbangan dokter )
2.      Berat badan 50 kg atau lebih
3.      Temperatur tubuh : 36,6 - 37,5 derajat
4.      Kadar Hemogblin 12,5 g/dl atau lebih  
5.      Tekanan darah 120/140/80 – 100 mmHg
6.      Nadi 50-100/menit teratur    
7.      Tidak berpenyakit jantung, hati, paru-paru, ginjal, kencing manis, penyakit perdarahan, kejang, kanker, penyakit kulit kronis.
8.      Tidak hamil, menyusui, menstruasi (bagi wanita)
9.      Bagi donor tetap, penyumbangan 5 (lima) kali setahun



c)        Orang Yang Tidak Dapat Menjadi Pendonor
1.        Seseorang tidak boleh menjadi donor darah pada keadaan:
2.        Pernah menderita hepatitis B.
3.        Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis.
4.        Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah transfusi.
5.        Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah tattoo/tindik telinga.
6.        Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi.
7.        Dalam jangka wktu 6 bulan sesudah operasi kecil.
8.        Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar.
9.        Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, cholera, tetanus dipteria atau profilaksis.
10.    Dalam jangka waktu 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica, measles, tetanus toxin.
11.    Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies therapeutic.
12.    Dalam jangka waktu 1 minggu sesudah gejala alergi menghilang.
13.    Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah transpalantasi kulit.
14.    Sedang hamil dan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah persalinan.
15.    Sedang menyusui.
16.    Ketergantungan obat.
17.    Alkoholisme akut dan kronik.
18.    Sifilis.
19.    Menderita tuberkulosa secara klinis.
20.    Menderita epilepsi dan sering kejang.
21.    Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh balik) yang akan ditusuk.
22.    Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya, defisiensi G6PD, thalasemia, polibetemiavera.
23.    Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, pemakai jarum suntik tidak steril).
24.    Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah.

d)       Tujuan
1.      Meningkatkan volume sirkulasi darah setelah pembedahan, trauma atau perdarahan
2.      Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien yang mengalami anemia berat.
3.      Memberikan komponen seluler yang terpilih sebagai terapi pengganti (misal : faktor pembekuan plasma untuk membantu mengontrol perdarahan pada klien yang menderita hemofilia)

e)       Proses Transfusi Darah
1.      Pengisian Formulir Donor Darah.
2.      Pemeriksaan Darah Pemeriksaan golongan, tekanan darah dan hemoglobin darah.
3.      Pengambilan Darah, apabila persyaratan pengambilan darah telah dipenuhi barulah dilakukan pengambilan darah.
4.      Pengelolahan Darah
5.      Beberapa usaha pencegahan yang di kerjakan oleh PMI sebelum darah diberikan kepada penderita adalah penyaringan terhadap penyakit di antaranya:
a.    Penyakit Hepatitis B
b.    Penyakit HIV/AIDS
c.     Penyakit Hipatitis C
d.    Penyakit Kelamin (VDRL)
Waktu yang di butuhkan pemeriksaan darah selama 1-2 jam

1.      Penyimpanan Darah
Darah disimpan dalam Blood Bank pada suhu 26 derajat celcius.

2.      Darah ini dapat dipisahkan menjadi beberapa komponen seperti :
a.       PRC
b.      Thrombocyt
c.       Plasma
d.      Cryo precipitat


Pada umumnya, tranfusi darah dilakukan pada orang dalam kondisi berikut ini :
·         Kecelakaan
·         Tubuh yang terbakar
·         Waktu tubuh kehilangan darah, misalnya : operasi
·         Kekurangan darah akut
·         Orang yang mengidap penyakit kronis
(Pratiwi, D.A. 2006)
























 IV.            Metode Praktikum

1. Alat dan Bahan
-Kaca objek
-Lanset (Jarum)
-Kapas
-Alkohol 70%
-Serum anti A dan anti B

2. Cara Kerja
1.      Ujilah golongan darah Anda dengan minta tolong guru
2.      Bersihkan ujung jari tengah dengan menggunakan kapas yang telah diberi alcohol
3.      Kemudian, tusukan lanset pada ujung jari tengah
4.      Teteskan darah pada laca objek, buat dua tetesan A & B
5.      Berilah satu tetes serum anti A pada darah yang di lingkaran A dan satu tetes serum anti B pada darah yang di lingkaran B
6.      Aduklah darah yang sudah ditetesi anti serum dengan menggunakan tusuk gigi
7.      Amatilah, apa yang terjadi, apakah darah menggumpal atau tidak

3. Sampel Darah Yang Diuji
1.     Aldi
2.     Ananda Hanny
3.     Arvien Oktri L. R
4.     Indah Cahyani
5.     Fadhila Aprila N. B
6.     Mardiana Julia Ningsi
7.     Nesha Helsia S
8.     Nugie Inzaghi N. P
9.     Nunuk Purwati
10. Nurul Aeni
11. Oktario Aldila F. S
12. Rizka Andriyani
4. Hasil Pengamatan
NO.
Nama Siswa
Hasil Pengamatan
Lingkaran A
Lingkaran B
1.
Aldi
  -
ü   
2.
Ananda Hanny
  -
ü   
3.
Arvien Oktri L. R
ü   
   -
4.
Indah Cahyani
ü   
  -
5.
Fadhila Aprila N. B
  -
ü   
6.
Mardiana Julia Ningsi
ü   
  -
7.
Nesha Helsia S
  -
  -
8.
Nugie Inzaghi N. P
ü   
  -
9.
Nunuk Purwati
ü   
ü   
10.
Nurul Aeni
  -
  -
11.
Oktario Aldila F. S
  -
  -
12.
Rizka Andriyani
  -
  -

Keterangan:
v           : Menggumpal
v    -      : Tidak Menggumpal
v  Lingkaran A ditetesi serum anti A
v  Lingkaran B ditetesi serum anti B

5. Pembahasan

a)      Golongan Darah A
Hasil uji penggolongan darah yang telah dilakukan dan di bantu oleh guru, yang memiliki golongan darah A adalah Arvien, Indah, Mardiana dan Nugie. Karena terbukti dari uji pengamatan, darah yang ditetesi antigen A menggumpal, dan darah yang ditetesi antigen B tidak menggumpal. Oleh karena itu, darah yang terkandung yaitu aglutinogen A, sedangkan plasma darahnya mengandung aglutinin β (anti - B), maka mereka tersebut bergolongan darah A.


b)   Golongan Darah B
Hasil uji penggolongan darah yang telah dilakukan dan di bantu oleh guru, yang memiliki golongan darah B adalah Aldi, Ananda, dan Fadhila. Karena terbukti dari uji pengamatan, darah yang ditetesi antigen A tidak menggumpal, sedangkan darah yang ditetesi antigen B menggumpal. Oleh karena itu, darah yang terkandung yaitu aglutinogen B, sedangkan plasma darahnya mengandung aglutinin α (anti - A), maka mereka tersebut bergolongan darah B.

c)   Golongan Darah AB
Hasil uji penggolongan darah yang telah dilakukan dan di bantu oleh guru, yang memiliki golongan darah AB adalah Nunuk. Karena terbukti dari uji pengamatan, darah yang ditetesi antigen A menggumpal, dan darah yang ditetesi antigen B juga menggumpal. Oleh karena itu, darah yang terkandung yaitu aglutinogen A dan aglitinogen B, sedangkan plasma darahnya tidak mengandung agglutinin, maka mereka tersebut bergolongan darah AB.

d)   Golongan Darah O
Hasil uji penggolongan darah yang telah dilakukan dan di bantu oleh guru, yang memiliki golongan darah O adalah Nesha, Nurul, Oktario, dan Rizka. Karena terbukti dari uji pengamatan, darah yang ditetesi antigen A tidak menggumpal, dan darah yang ditetesi antigen B juga tidak menggumpal. Oleh karena itu, darah tersebut tidak mengandung aglutinogen, sedangkan plasma darahnya mengandung aglutinin α dan aglutinin β, maka mereka tersebut bergolongan darah A.

VII.     Penutup

Kesimpulan
Golongan darah dikelompokkan menjadi 4, yaitu; A, B, O, dan AB. Penetapan penggolongan darah didasarkan pada ada tidaknya antigen sel darah merah A dan B. Individu-individu dengan golongan darah A mempunyai antigen A yang terdapat pada sel darah merah, individu dengan golongan darah B mempunyai antigen B, dan individu dengan golongan darah O tidak mempunyai kedua antigen tersebut.
Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B, dikenal dengan golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki antigen, dikenal dengan golongan darah O). Ada dua macam antigen A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A dan B, atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O.

Daftar Pustaka

www.corediag.com/.../Anti-A,Anti-B,Anti-A,...
www.farmasiku.com/index.php?target=products&product_id.
Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Terjemahan. Jakarta: Kedokteran EGC
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Omegawati, Wigati. 2010. Biologi Umum. Klaten: Intan Pariwara
Rustam, Mochtar. 1998. Darah edisi I. Jakarta: EGC
Santoso. 2010. Golongan Darah Manusia
Waluyo, Joko. 2006. Biologi Dasar. Jember: University Press
Yatim, Wildan. 1990. Biologi Modern Nistologi. Bandung: Tarsito

Tidak ada komentar:

Posting Komentar